Hashim Djojohadikusumo, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, memberikan angin segar bagi masa depan bangsa dalam ajang Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB (COP29). Dalam konferensi penting ini, Hashim memaparkan empat kebijakan hijau yang revolusioner dan siap mengantarkan Indonesia menuju era keberlanjutan.
Langkah strategis ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia terhadap isu perubahan iklim global. Berikut adalah rangkuman kebijakan hijau yang diusung oleh Hashim Djojohadikusumo.
Transformasi Kelistrikan: Menuju Energi Terbarukan
Salah satu fokus utama kebijakan hijau yang diusung Hashim Djojohadikusumo adalah transformasi sektor kelistrikan Indonesia. Pemerintah menargetkan pembangunan 100 GW kapasitas pembangkit listrik baru hingga tahun 2040, di mana 75% dari kapasitas tersebut direncanakan berasal dari energi terbarukan. Sumber daya seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa akan menjadi tulang punggung transisi ini, menciptakan sistem kelistrikan yang lebih bersih dan efisien.
Transformasi ini memiliki dampak signifikan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, yang selama ini menjadi salah satu penyumbang utama pemanasan global. Dengan memprioritaskan energi terbarukan, Indonesia tidak hanya membantu menciptakan udara yang lebih bersih dan sehat untuk masyarakat, tetapi juga memperkuat upaya global dalam mengatasi krisis iklim.
Selain manfaat lingkungan, transisi ke energi terbarukan juga membawa potensi besar dalam hal ekonomi. Industri energi bersih akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru, mendorong inovasi teknologi, dan memperkuat posisi Indonesia di pasar energi global. Proyek ini juga memungkinkan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil, sehingga meningkatkan ketahanan energi nasional.
Langkah besar ini menandai komitmen Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan kebijakan ini, Indonesia sedang membangun fondasi kuat untuk mewujudkan visi negara yang mandiri energi dan selaras dengan tujuan pembangunan global. Transformasi kelistrikan bukan hanya soal menggantikan bahan bakar fosil, tetapi juga menciptakan sistem energi yang inklusif, efisien, dan berkeadilan.
Implementasi Teknologi CCS/CCUS: Menjebak dan Menyimpan Karbon
Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) serta Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) menjadi salah satu pilar penting dalam kebijakan hijau Indonesia. Teknologi inovatif ini dirancang untuk menangkap emisi karbon dioksida (CO2) langsung dari sumbernya, seperti pembangkit listrik dan fasilitas industri, sebelum gas tersebut dilepaskan ke atmosfer. Selanjutnya, karbon yang telah ditangkap ini disimpan dengan aman di bawah tanah atau dimanfaatkan kembali untuk aplikasi industri lainnya.
Implementasi CCS/CCUS tidak hanya mencegah polusi udara tetapi juga membantu menciptakan solusi praktis untuk masalah perubahan iklim global. Teknologi ini memungkinkan berbagai sektor industri, termasuk yang berbasis energi fosil, untuk tetap beroperasi sambil mengurangi dampak lingkungan. Dengan CCS/CCUS, emisi karbon dapat dialihkan ke tempat penyimpanan geologis yang aman, seperti ladang minyak dan gas yang sudah habis, sehingga mencegah akumulasi karbon di atmosfer.
Lebih dari sekadar menangkap dan menyimpan, teknologi CCUS juga memungkinkan karbon dioksida yang ditangkap untuk dimanfaatkan kembali dalam proses produksi. Misalnya, karbon yang terkumpul dapat diubah menjadi bahan bakar sintetis, bahan kimia, atau bahan konstruksi seperti beton yang lebih ramah lingkungan. Ini menciptakan nilai tambah sekaligus mendorong terciptanya ekonomi karbon sirkular.
Teknologi ini menjanjikan masa depan yang lebih bersih dengan mendukung target pengurangan emisi secara global. Bagi Indonesia, CCS/CCUS tidak hanya relevan untuk memenuhi komitmen terhadap perjanjian iklim internasional seperti Paris Agreement, tetapi juga membuka peluang untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan teknologi hijau di kawasan Asia Tenggara. Dengan langkah strategis ini, Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam menciptakan solusi inovatif untuk tantangan perubahan iklim.
Pasar Karbon: Menawarkan 577 Juta Ton Karbon Terverifikasi
Dalam upaya menjadi bagian aktif dalam mitigasi perubahan iklim global, Indonesia melalui kebijakan yang diusung Hashim Djojohadikusumo berencana menawarkan 577 juta ton karbon terverifikasi ke pasar internasional. Inisiatif ambisius ini menunjukkan kesiapan Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam perdagangan karbon global, sebuah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dengan pendekatan berbasis pasar.
Pasar karbon memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan potensi alamnya, seperti hutan, lahan gambut, dan ekosistem pesisir, yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbon. Melalui mekanisme ini, emisi karbon yang berhasil dikurangi atau dihindari dapat diubah menjadi kredit karbon yang diperdagangkan kepada negara atau perusahaan yang membutuhkan untuk memenuhi target emisi mereka. Dengan potensi besar ini, Indonesia mampu berkontribusi terhadap stabilitas ekosistem global sekaligus memperkuat daya saing ekonomi nasional.
Langkah ini tidak hanya berdampak pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang nyata. Dana yang dihasilkan dari perdagangan karbon dapat digunakan untuk mendanai proyek-proyek keberlanjutan, seperti restorasi hutan, pengembangan energi terbarukan, dan peningkatan teknologi hijau. Selain itu, dengan melibatkan komunitas lokal dalam inisiatif ini, pasar karbon dapat menciptakan lapangan kerja baru serta mendorong kesejahteraan masyarakat di wilayah pedesaan.
Partisipasi Indonesia dalam perdagangan karbon juga mencerminkan komitmen negara terhadap Paris Agreement, di mana negara-negara di seluruh dunia bekerja sama untuk menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celsius. Dengan menjadi salah satu eksportir utama karbon terverifikasi, Indonesia dapat memainkan peran strategis dalam mendorong ekonomi rendah karbon, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga global.
Ambisi besar ini sekaligus menjadi bukti bahwa Indonesia tidak hanya fokus pada pengurangan emisi secara domestik tetapi juga berperan sebagai pemimpin di panggung internasional. Dengan dukungan kebijakan yang kuat, infrastruktur yang memadai, dan keterlibatan berbagai pihak, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk memanfaatkan peluang besar dari pasar karbon sekaligus membantu menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Rehabilitasi Kehutanan: Menghidupkan Kembali 12,7 Juta Hektar Hutan
Dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistem, rehabilitasi hutan menjadi salah satu kebijakan prioritas. Sebanyak 12,7 juta hektar lahan hutan akan dihijaukan kembali. Langkah ini akan memberikan dampak besar, tidak hanya pada penyediaan oksigen yang melimpah, tetapi juga pada pelestarian flora dan fauna yang ada.
Hutan yang sehat juga akan membantu mitigasi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida secara alami, sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang.
Keempat kebijakan ini menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Dengan dukungan teknologi, kolaborasi internasional, dan implementasi yang berkelanjutan, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan era hijau yang lebih baik.
Bagi kamu yang tertarik mengikuti pelatihan nilai ekonomi karbon, silahkan hubungi admin whatsapp dibawah ini.