Pelatihan gas rumah kaca (GRK ISPO) merupakan salah satu upaya perusahaan sawit dalam memenuhi komitmennya untuk menurunkan efek gas rumah kaca.
Gas rumah kaca (GRK) menjadi salah satu topik terkait isu lingkungan yang masih terus diperbincangkan selama beberapa tahun terakhir. Industri kelapa sawit pun menjadi pihak yang paling banyak disoroti terkait situasi yang menyebabkan efek rumah kaca ini.
Maka dari itu, Indonesia Sustainable Palm OIl System (ISPO) mengambil langkah untuk turut mendukung penurunan emisi gas rumah kaca.
Sekilas tentang Gas Rumah Kaca
Pelatihan mengenai perhitungan gas rumah kaca GRK ISPO makin diminati oleh pelaku industri terkait sebagai bentuk upaya mereka turut mengurangi fenomena gas rumah kaca akibat aktivitas yang dilakukan.
Gas rumah kaca sendiri merupakan gas-gas di atmosfer (karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CHA4), dan freon SF6, HFC, dan PFC) yang dapat menangkap atau ‘menjebak’ panas matahari. Kondisi ini pun sebenarnya dibutuhkan untuk menjaga agar suhu bumi tetap hangat. Namun, jumlahnya yang berlebihan justru akan menyebabkan kekacauan suhu bumi.
Alih-alih hangat, efek rumah kaca yang berlebihan akan membuat suhu bumi naik secara signifikan dan menghasilkan pemanasan global. Beberapa tanda terjadinya pemanasan global antara lain rusaknya ekosistem, mencairnya es di kutub, naiknya ketinggian permukaan air laut, dan perubahan iklim yang ekstrem.
Pada dasarnya, gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari.
Sayangnya, emisi CO2 meningkat secara drastis seiring dengan majunya industri yang mengonsumsi lebih banyak energi. Aktivitas harian seperti penggunaan kendaraan bermotor, pembakaran sampah, pemanfaatan tenaga listrik, pemakaian pestisida di lingkup pertanian, hingga kotoran hewan di peternakan dan limbah sisa makanan yang membusuk juga menjadi penyebab kondisi ini.
Gas rumah kaca akan menimbulkan berbagai dampak buruk baik bagi lingkungan, ekonomi, maupun kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa di antaranya.
- Suhu tahunan rata-rata akan meningkat.
- Curah hujan meningkat dan berdampak pada risiko banjir yang lebih tinggi.
- Risiko kebakaran hutan lebih tinggi.
- Salju, es laut dan gletser akan berkurang sehingga meningkatkan permukaan air laut dan menyebabkan banjir pesisir.
- Laju erosi pantai meningkat.
- Banyak spesies satwa liar menjadi sulit beradaptasi sehingga mengalami stres lebih besar.
- Hasil pertanian, kehutanan, hingga pariwisata akan terganggu karena perubahan pola cuaca.
- Infrastruktur yang lebih rentan rusak karena cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan sebagainya.
- Risiko kematian akibat dehidrasi meningkat.
- Risiko penyakit yang ditularkan melalui makanan, air, dan hewan pengerat meningkat.
Industri Kelapa Sawit dan Efek Gas Rumah Kaca
Industri kelapa sawit menjadi salah satu industri penghasil devisa terbesar Indonesia. Pembukaan lahan sawit dan industri pengolahan sawit pun ditengarai sebagai faktor yang cukup berpengaruh dalam kontribusi menghasilkan efek rumah kaca.
Emisi terbesar dari GRK berasal dari perubahan fungsi lahan dan limbah pabrik kelapa sawit dengan penyerapan tanaman, penangkapan gas metana, dan pilihan energi terbarukan menjadi kreditur terbesar GRK.
Tanah gambut yang menjadi media tanam kelapa sawit pun dapat menghasilkan emisi GRK yang lebih tinggi ketika dikeringkan. Kendati begitu, efek ini dapat diminimalkan melalui Praktik Manajemen Terbaik alias Best Management Practice (BMP) kelapa sawit.
Peran ISPO dalam Pengendalian Gas Rumah Kaca
ISPO merupakan standar nasional minyak sawit yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian pada 2009 silam. Kebijakan ini diambil untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global sekaligus menjadi upaya dalam rangka pemenuhan komitmen Presiden Republik Indonesia atas isu lingkungan termasuk di antaranya adalah mengurangi gas rumah kaca.
Dibandingkan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang didirikan di Swiss pada 20014 lalu sebagai organisasi berbagai sektor industri kelapa sawit, ISPO dinilai lebih baik. Pasalnya, RSPO yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan bersifat sukarela, sedangkan ISPO bersifat mengikat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit Indonesia.
Walau begitu, perlu diketahui bahwa ISPO tidak terbatas pada sertifikasi, tetapi juga dialog yang berkelanjutan antara pemerintah Indonesia, perusahaan perkebunan kelapa sawit, dan pihak-pihak lainnya yang terlibat. Adapun sejak 2014, salah satu pembahasan utama perusahaan yang telah mengantongi sertifikat ISPO adalah emisi gas rumah kaca.
Saat ini pun, pemerintah terus mengembangkan kebijakan yang mendorong domestic demand produk sawit. Seperti contoh adalah pengembangan biodiesel (B30) yang digunakan sebagai salah satu alternatif bahan bakar minyak dalam rangka menurunkan ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil.
Hasilnya cukup menggembirakan. Pada 2020, program B30 berkontribusi menurunkan emisi GRK sekitar 23,3 juta ton CO2.
Perhitungan Gas Rumah Kaca GRK ISPO
Perhitungan emisi gas rumah kaca yang diperoleh dari proses produksi minyak kelapa sawit bisa dilakukan menggunakan faktor konversi sebagai konstanta yang sudah ditetapkan berdasarkan hasil studi sebelumnya.
Namun, potensi pemanasan global yang berasal dari tiap jenis gas rumah kaca berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka satuan akhir emisi yang digunakan adalah CO2 ekuivalen sehingga mempermudah evaluasi nilai yang dilakukan. Adapun CO2 menjadi variabel yang digunakan karena konsentrasinya merupakan yang terbesar di atmosfer.
Tentunya, besar nilai emisi gas rumah kaca di sebuah unit kebun dengan kebun unit lainnya tidak akan sama. Hal ini disebabkan oleh besaran sumber emisi yang berbeda-beda pula. Sebagai contoh, perbedaan produktivitas TBS dua buah kebun yang berbeda-beda akan menghasilkan limbah cair yang berbeda pula sehingga besaran emisinya pun turut berbeda.
Tiap perusahaan pun harus dapat melakukan perhitungan gas rumah kaca GRK ISPO yang tepat sesuai kondisinya masing-masing. Agar dapat melakukannya, perusahaan perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni.
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan dan memperkaya wawasan mengenai perhitungan GRK ISPO adalah dengan mengikuti pelatihan terkait. Di Mutu Institute, kami pun menyediakan jasa pelatihan gas rumah kaca GRK ISPO untuk membantu perusahaan sawit dalam memenuhi upaya dan komitmennya menurunkan risiko pemanasan global.
Materi pelatihan perhitungan gas rumah kaca mengacu pada ISO 17025 : 2008, yakni pemahaman laboratorium berikut pengenalan dan interpretasi elemen-elemen ISO/IEC 17025 : 2005. Adapun pelatihan ini memiliki beberapa urgensi untuk diterapkan di perusahaan karena mendorong beberapa hal penting seperti berikut.
- Kesesuaian kalibrasi dan pengukuran yang mengacu pada standar nasional.
- Pemeliharaan peralatan laboratorium.
- Validitas dan kelayakan metode tes atau pengukuran.
- Staf dengan kompetensi yang baik.
Jika perusahaan Anda bermaksud untuk mengikuti program ini, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui email maupun nomor yang tersedia. Nantinya, pelatihan akan berlangsung selama dua hari berikut ujian dan sertifikat kehadiran untuk seluruh peserta.
Mutu Institute juga menyediakan pelatihan Internal Audit ISO 17025. Pelatihan ini bertujuan memberi wawasan dan keterampilan praktis kepada peserta yang ingin berkarir di bidang terkait. Materi pelatihan ini akan menitikberatkan pada pengetahuan tentang teknik audit sistem manajemen laboratorium sesuai ISO 19011 dengan beberapa informasi tambahan seperti persyaratan ISO 17025.
Ingin mengikuti Pelatihan/Training? Belum dapat Lembaga Pelatihan yang terpercaya? Segera hubungi kami melalui info@mutuinstitute.com atau . Follow juga Instagram Mutu Institute di @mutu_institute untuk update pelatihan lainnya.