Isu Bahan Bakar Fosil di COP 29 Mengecewakan: Benarkah? Simak Penjelasannya!

Thumbnail ISU COP 29

Konferensi Perubahan Iklim Ke-29 (COP 29) yang berlangsung di Baku, Azerbaijan, telah menjadi sorotan global, terutama terkait dengan isu bahan bakar fosil. Banyak pihak, termasuk aktivis lingkungan, ilmuwan, dan pemimpin dunia, mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap hasil konferensi ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengapa isu bahan bakar fosil di COP 29 dianggap mengecewakan dan apa implikasinya bagi masa depan kebijakan iklim global.

Isu Bahan Bakar Fosil di COP 29 Mengecewakan: Benarkah? Simak Penjelasannya!

Sumber: https://media.licdn.com

1. Kegagalan dalam Mengurangi Emisi

Ambisi Penurunan Emisi yang Rendah

Salah satu tujuan utama dari COP adalah untuk memperkuat komitmen negara-negara dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, di COP 29, banyak negara yang tidak menunjukkan ambisi yang cukup dalam hal ini. Meskipun beberapa negara mengumumkan rencana untuk mengurangi emisi, banyak yang masih bergantung pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama mereka.

Risiko Suhu Global

Kegagalan untuk mengurangi emisi ini berpotensi meningkatkan suhu global lebih dari 1,5 derajat Celcius, yang merupakan batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Menurut laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), jika emisi tidak segera diturunkan, kita dapat melihat peningkatan suhu yang berbahaya, yang akan mengakibatkan bencana alam yang lebih sering dan parah, seperti banjir, kekeringan, dan badai.

2. Dominasi Perusahaan dan Ketidakadilan

Perusahaan Penyumbang Emisi

Salah satu aspek yang paling mengecewakan dari COP 29 adalah dominasi perusahaan-perusahaan besar dalam diskusi. Sebanyak 78 perusahaan, termasuk raksasa energi, bertanggung jawab atas 70% total emisi karbon dioksida (CO2) global. Banyak dari perusahaan ini memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebijakan iklim, yang sering kali mengarah pada keputusan yang lebih menguntungkan bagi mereka daripada untuk lingkungan.

Utang Ekologis yang Diabaikan

Negara-negara maju, yang historisnya merupakan penyumbang utama emisi, tidak menunjukkan komitmen yang cukup untuk memperbaiki utang ekologis mereka. Negara-negara berkembang, yang sering kali menjadi korban perubahan iklim meskipun mereka tidak berkontribusi signifikan terhadap emisi global, merasa diabaikan. Kegagalan untuk mengakui dan memperbaiki ketidakadilan ini menciptakan ketegangan antara negara-negara maju dan berkembang.

3. Pendanaan Iklim yang Tidak Memadai

Kekurangan Dana

Salah satu janji yang dibuat oleh negara-negara maju adalah untuk menyediakan dana iklim sebesar 300 miliar dolar AS untuk membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan perubahan iklim. Namun, banyak pihak menganggap jumlah ini jauh dari cukup. Kebutuhan riil diperkirakan mencapai 2,5 triliun dolar AS per tahun untuk mencapai tujuan keberlanjutan global. Kegagalan dalam memenuhi janji ini menunjukkan kurangnya komitmen nyata dari negara-negara kaya untuk mendukung negara-negara yang paling rentan.

Skema Pasar Karbon

Alih-alih fokus pada pendanaan iklim yang adil dan efektif, COP 29 justru memperkuat skema pembiayaan melalui pasar karbon. Meskipun pasar karbon dapat menjadi alat yang berguna, banyak kritikus berpendapat bahwa mereka sering kali tidak efektif dan dapat memperburuk kondisi lingkungan. Misalnya, perusahaan dapat membeli kredit karbon untuk mengimbangi emisi mereka tanpa benar-benar mengurangi emisi secara signifikan.

4. Penundaan Isu Penting

Isu Global Stocktake

Salah satu isu penting yang diharapkan dapat dibahas di COP 29 adalah Global Stocktake, yang merupakan evaluasi global terhadap kemajuan yang telah dicapai dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris. Namun, banyak negara memilih untuk menunda pembahasan ini hingga COP 30. Penundaan ini menunjukkan kurangnya kemauan politik untuk menangani masalah mendesak ini dan menciptakan kesan bahwa isu-isu keberlanjutan tidak menjadi prioritas utama.

Kepentingan Nasional

Banyak negara lebih fokus pada kepentingan nasional mereka daripada pada tindakan kolektif untuk mengatasi perubahan iklim. Hal ini mengakibatkan pembicaraan yang tidak produktif dan kurangnya kesepakatan yang konkret. Dalam banyak kasus, negara-negara lebih memilih untuk melindungi industri bahan bakar fosil mereka daripada mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi emisi.

5. Ketidakpastian dan Ketidakstabilan Kebijakan

Kebijakan iklim yang tidak konsisten dan sering berubah menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Banyak negara yang mengubah komitmen mereka tergantung pada situasi politik domestik dan tekanan ekonomi. Ketidakpastian ini menciptakan lingkungan yang tidak stabil bagi investasi dalam energi terbarukan dan teknologi bersih, yang sangat dibutuhkan untuk transisi dari bahan bakar fosil.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kegagalan untuk menangani isu bahan bakar fosil tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada masyarakat. Negara-negara yang bergantung pada industri bahan bakar fosil untuk pendapatan dan lapangan kerja menghadapi risiko besar jika transisi energi tidak dikelola dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan pengangguran dan ketidakstabilan sosial, terutama di negara-negara yang ekonominya sangat bergantung pada sumber daya alam.

Kesimpulan

Hasil dari COP 29 menunjukkan bahwa isu bahan bakar fosil masih menjadi tantangan besar dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim. Kekecewaan yang dirasakan oleh banyak pihak mencerminkan kebutuhan mendesak akan tindakan yang lebih ambisius dan komitmen yang lebih kuat dari negara-negara di seluruh dunia untuk mengurangi emisi dan mendukung transisi energi yang berkelanjutan. Tanpa langkah konkret, ancaman perubahan iklim akan semakin memburuk, dan dampaknya akan dirasakan oleh generasi mendatang. Oleh karena itu, penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bersatu dan mengambil tindakan nyata demi masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.

WhatsApp di 0819 1880 0012 atau ikuti kami di Instagram untuk melihat update pelatihan dan informasi terbaru.

Anda juga bisa mengunjungi saluran Youtube kami untuk melihat dokumentasi – dokumentasi selama pelatihan.

Kami juga mempunyai komunitas di Facebook untuk berdiskusi.

www.mutuinstitute.com

-
people visited this page
-
spent on this page
0
people liked this page
Share this page on
Picture of Taufik Mutu Institute
Taufik Mutu Institute

Professional Trainer