Tugas safety officer di perusahaan sangat penting. Meminimalisir risiko bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi tugas dan tanggung jawab utama mereka.
Menjaga keselamatan dan kesehatan di tempat kerja sangat penting. Sebenarnya, tugas ini merupakan tanggung jawab setiap orang yang berada di lingkungan tersebut. Namun, perusahaan perlu mempekerjakan seorang safety officer untuk memastikan keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar terwujud.
Apa saja tugas safety officer dalam perusahaan? Untuk mengetahuinya, yuk kenali profesi yang satu ini lebih dalam.
Mengenal Profesi Safety Officer
Tiap pekerjaan memiliki risiko tertentu. Risiko tersebut harus diminimalisir atau bahkan dihilangkan agar tempat kerja menjadi nyaman dan aman. Untuk melakukan hal ini, perlu ada orang yang benar-benar memahami kemungkinan risiko bahaya yang mungkin terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
Di sinilah peran safety officer sangat dibutuhkan. Karena tanggung jawabnya yang berat dan vital, tidak semua orang dapat menjabat profesi itu. Safety officer harus memiliki sertifikasi setelah menjalani pelatihan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Safety officer dapat bertugas di lapangan untuk memantau kondisi lingkungan kerja terbaru. Ia juga perlu melihat dan menyelidiki langsung jika terjadi masalah berupa kecelakaan kerja. Selain itu, ia merancang sistem keselamatan dan kesehatan yang terbaik di perusahaan sesuai karakteristik pekerjaan yang dilakukan.
Tugas Safety Officer
Menjadi seorang safety officer tidak gampang. Tanggung jawabnya pun berat dan berkaitan dengan kehidupan banyak orang yang bekerja di perusahaan tersebut. Nah, jika Anda ingin melamar untuk posisi sebagai safety officer, ketahui terlebih dahulu tugas-tugasnya. Berikut beberapa di antaranya:
1. Mengidentifikasi dan memetakan potensi bahaya
Tugas utama seorang safety officer adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin muncul di lingkungan kerja. Seperti diketahui, bidang usaha yang berbeda-beda tentu menimbulkan potensi bahaya yang berbeda pula.
Potensi bahaya yang dapat terjadi di perkantoran berbeda dengan area kerja outdoor. Di perkantoran, ada 5 potensi bahaya yang bisa terjadi, yaitu fisik (bising, radiasi layar komputer, getaran), kimia (partikel debu, cairan desinfektan), mikroorganisme (virus, bakteri), ergonomi (posisi kerja, kelebihan beban), dan psikososial (konflik, stres).
Tugas safety officer adalah mengenali apa saja potensi bahaya yang mungkin terjadi kemudian melakukan pemetaan. Memetakan potensi bahaya akan membuatnya lebih mudah mengatasi masalah jika sampai terjadi.
2. Membuat gagasan program K3
Selanjutnya, safety officer juga bertugas untuk membuat gagasan dalam rangka penyelenggaraan K3 di tempat kerja. Gagasan tersebut dapat mencakup usaha preventif maupun usaha korektif.
Usaha preventif adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya risiko bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja. Gagasan untuk usaha ini perlu dibuat sebelum kecelakaan atau suatu masalah terjadi. Hal ini akan menguntungkan perusahaan dan orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Usaha korektif adalah usaha untuk mengoreksi atau menanggulangi kecelakaan yang telah terjadi di tempat kerja. Usaha ini dilakukan setelah sebuah masalah terjadi. Sebenarnya, lebih baik melakukan usaha preventif daripada usaha korektif. Masalahnya, suatu kendala baru benar-benar bisa diidentifikasi setelah terjadi.
3. Membuat dan memelihara dokumen K3
Safety officer juga bertugas untuk membuat serta memelihara dokumen K3 yang ada di perusahaan. Dokumentasi merupakan hal yang tak kalah penting dalam rangka pencegahan atau penanggulangan bahaya di tempat kerja.
Dokumentasi dibutuhkan dalam mencatat dan mengingat jadwal yang berkaitan dengan pemeliharaan alat-alat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Dokumentasi juga dapat berupa prosedur baku yang harus dilakukan oleh tiap bagian dalam perusahaan demi menjaga keselamatan bersama.
Dokumen ini dibutuhkan dalam rangka mengingatkan pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga K3 di perusahaan. Jika terjadi kecelakaan di tempat kerja, dokumen ini akan dicari untuk keperluan penyelidikan penyebab masalah.
4. Melakukan evaluasi atas insiden kecelakaan
Selanjutnya, seorang safety officer juga bertugas untuk melakukan evaluasi jika terjadi kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan yang terjadi harus dianalisis dan dievaluasi agar perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat preventif pada masa yang akan datang.
Kecelakaan di tempat kerja bisa saja terjadi karena sistem K3 dalam perusahaan belum optimal. Ada juga yang disebabkan oleh kelalaian dari pekerja. Nah, hal-hal ini perlu diketahui supaya kelak dapat dilakukan pencegahan, baik melalui perbaikan sistem maupun pemberian informasi kepada pekerja.
Mengetahui akar permasalahan pada suatu insiden kecelakaan juga akan memudahkan monitoring program yang akan dikerjakan. Jika ada celah yang dapat meningkatkan risiko kecelakaan, hal ini bisa segera diselesaikan tanpa menimbulkan kecelakaan.
5. Menghubungkan perusahaan dan pemerintah
Pemerintah turut mengatur K3 dalam perusahaan melalui undang-undang resmi yang diberlakukan secara menyeluruh. Aturan mengenai K3 tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Lebih spesifik lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nah, safety officer harus menyampaikan dan memastikan elemen perusahaan, baik pihak manajemen dan pekerja, untuk mematuhi regulasi dari pemerintah. Dalam hal ini, safety officer bertugas menjadi penghubung antara perusahaan dan pemerintah. Jika ada regulasi K3 yang belum terlaksana di tempat kerja, safety officer yang bertanggung jawab kepada pemerintah.
Cara Menjadi Safety Officer yang Baik
Pentingnya tugas safety officer dalam sebuah perusahaan membuatnya harus melakukan tugas dengan optimal. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau dimiliki seorang safety officer dalam menjalankan tugas setiap hari, yaitu:
1. Memiliki ilmu yang memadai
Seorang safety officer harus memiliki ilmu yang memadai terkait pencegahan dan penanggulangan risiko di tempat kerja. Karena itu, ia harus mengenali lingkungan kerja dengan baik. Selain itu, safety officer juga perlu menjalani training dan mendapatkan sertifikasi sebagai jaminan telah siap memikul tanggung jawabnya.
Baca juga: Seberapa Besar Gaji Profesi K3 di Indonesia?
2. Mampu berkomunikasi dengan baik
Safety officer wajib memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Pasalnya, ia harus berinteraksi dengan berbagai kalangan di perusahaan, mulai dari top manajemen hingga kalangan bawah. Tipe komunikasi yang dilakukan untuk kalangan berbeda pasti berbeda sesuai karakteristiknya.
3. Memiliki inovasi yang kreatif
Pencegahan risiko bahaya yang mungkin terjadi di tempat kerja dapat dilakukan dengan inovasi yang kreatif. Sebagai orang yang bertugas untuk membuat program K3 di tempat kerja, daya inovasi kreatif ini sangat diperlukan.
Safety officer perlu memunculkan ide yang bisa diterima sekaligus memberi peluang keselamatan dan kesehatan lebih tinggi di tempat kerja.
4. Dapat melakukan improvisasi
Tidak jauh berbeda dengan inovasi, safety officer juga harus dapat berimprovisasi dalam menjalankan tugasnya. Seringkali, ada kendala-kendala yang sulit untuk ditangani, baik karena faktor sistem yang tidak mendukung, anggaran, maupun kendala dari individu di dalamnya. Hal ini akan selesai melalui improvisasi yang baik.
Jadi, inilah ulasan mengenai tugas safety officer dalam perusahaan. Kehadiran safety officer merupakan sebuah upaya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang rentan terjadi. Bagi Anda yang ingin menggeluti profesi ini, pastikan memiliki kapasitas dan telah melewati tahap training dengan baik.
Jika Anda seorang yang menyukai tantangan dan ingin mendapatkan sertifikasi K3, Mutu Institute menjadi tempat yang berkualitas bagi pelatihan K3 Anda. Tunggu apalagi? Segera hubungi Mutu Institute melalui info@mutuinstitute.com atau 0819-1880-0007.
Baca juga: Universitas K3 di Kota Seluruh Indonesia yang Bisa Kamu Jadikan Pilihan