Ciri Lahan gambut umumnya memiliki tingkat kesuburan yang rendah karena tingkat keasamannya yang tinggi. Meski demikian, ada juga beberapa yang bersifat lebih subur.
Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang tergenang air sehingga materi-materi tanaman tidak bisa membusuk sepenuhnya. Tanah gambut memiliki karakteristik yang cukup istimewa karena berbeda dengan jenis tanah lainnya. Tanah jenis ini mengandung banyak sekali sisa-sisa tanaman mati yang tidak mengalami pembusukan dengan sempurna dan mengandung banyak air.
Walaupun tersusun dari berbagai materi organik yang menumpuk selama ribuan tahun, lahan gambut secara alami memiliki tingkat kesuburan yang rendah.
Hal ini disebabkan oleh kandungan unsur hara yang rendah dan tingginya asam organik pada tanah gambut. Jadi, penting untuk mengetahui ciri lahan gambut yang subur sebelum mulai mengelolanya.
Sebagian dari asam organik ini dapat beracun bagi tanaman. Meski demikian, asam tersebut juga merupakan bagian aktif tanah yang dapat menentukan sifat kimia gambut serta kemampuannya untuk menahan unsur hara. Karena itulah, beberapa lahan gambut bisa lebih subur dari lahan gambut lainnya.
Pembagian Jenis Lahan Gambut Berdasarkan Tingkat Kesuburan
Seperti yang sudah dijelaskan dengan singkat pada bagian sebelumnya, lahan gambut memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Ada yang sangat subur hingga yang sangat miskin unsur hara.
Berdasarkan tingkat kesuburannya, ada tiga jenis lahan gambut antara lain sebagai berikut:
- Gambut subur atau eutropik,
- Gambut sedang atau mesotropik, dan
- Gambut miskin unsur hara atau oligotropik.
Karena itulah, tidak semua lahan gambut bisa langsung dimanfaatkan dan diolah terutama jika untuk keperluan pertanian. Beberapa lahan gambut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sebelum bisa ditanami.
Ciri Lahan Gambut yang Subur
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian dan Balai Penelitian Tanah pada tahun 2011 memperkirakan bahwa luas lahan gambut di Indonesia mencapai 14,9 juta hektar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6,4 juta hektar berada di Sumatera, 4,8 juta hektar di Kalimantan, dan 3,7 juta hektar di Papua.
Meski memiliki area lahan gambut yang luas, karakteristik masing-masing gambut bisa cukup berbeda. Hal ini tergantung dari proses pembentukan awalnya dan unsur-unsur yang terkandung di dalam lahan gambut.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tanah gambut secara alami tidak subur jika dibandingkan dengan beberapa jenis tanah lainnya karena kadar keasamannya yang tinggi. Meski demikian, beberapa tanah gambut masih lebih subur dibandingkan dari tanah gambut lainnya. Berikut ini beberapa ciri lahan gambut yang subur:
- Gambut telah matang (saprik)
Kematangan gambut adalah tingkat pelapukan bahan organik yang menjadi komponen penyusun utama suatu lahan gambut. Kematangan ini juga sangat menentukan tingkat kesuburan sehingga meningkatkan produktivitas lahan gambut. Itulah mengapa gambut yang telah matang (saprik) lebih subur dari gambut mentah (fibrik).
Gambut pada bagian permukaan umumnya lebih matang karena proses dekomposisi yang lebih cepat. Meski demikian, kadang ada pula lapisan dalam yang sudah matang. Hal ini berarti proses sudah terjadi selama bertahun-tahun dan gambut lapisan dalam tersebut dulunya pernah ada di bagian permukaan,
Mengukur tingkat kematangan gambut bisa dengan mudah dilakukan dengan langkah sederhana langsung di lapangan. Caranya adalah dengan meremas gambut dengan tangan. Jika setelah diremas gambut yang tertinggal di tangan kurang dari sepertiganya, artinya gambut tersebut sudah matang. Namun, jika lebih dari dua pertiga yang tertinggal, artinya gambut tersebut masih mentah.
- Gambut mendapat luapan air sungai atau air payau
Karena lokasinya yang dengan sungai atau daerah air payau, lahan gambut sering kali memperoleh sedimentasi dari dua perairan tersebut. Sedimentasi dari luapan air sungai atau laut inilah yang dapat membuat tanah gambut menjadi lebih subur.
Gambut jenis ini umumnya akan lebih subur dari gambut yang hanya mendapat air dari hujan. Pasalnya, gambut ini mendapatkan mineral dari luapan air sungai dan payau.
- Terbentuk di atas lapisan tanah liat/lumpur
Gambut yang berada di atas lapisan tanah liat atau lumpur juga cenderung lebih subur dari gambut jenis lainnya. Pasalnya, jenis ini mendapatkan limpahan mineral yang kaya unsur hara.
- Merupakan jenis gambut dangkal
Gambut dangkal adalah yang memiliki ketebalan antara 50 sampai 100 cm. Gambut yang memiliki lapisan dangkal memiliki kesuburan yang lebih baik jika dibandingkan dengan gambut dalam.
Mengatasi Masalah Kesuburan Lahan Gambut
Untuk bisa mengolah lahan gambut dengan baik, perlu dilakukan beberapa langkah untuk membuatnya lebih subur. Pembakaran hutan gambut justru merupakan metode yang sangat merugikan meski dianggap mudah.
Tanah gambut yang dibakar akan sangat sulit dipadamkan. Pasalnya meski bagian atas sudah tidak ada api, terkadang api masih menyala di lapisan dalam gambut. Sehingga, api akan dengan mudah menyebar ke bagian lain yang tidak seharusnya. Kebakaran hutan tentu merupakan masalah serius yang dapat mengganggu ekosistem lahan gambut secara keseluruhan.
Tidak hanya itu saja, membakar lahan gambut dapat membuat turunnya permukaan air tanah dan membunuh mikroorganisme yang hidup di dalam lapisannya. Selain itu, kebakaran gambut dapat melepaskan karbon yang tersimpan di dalam lapisannya dan berkontribusi memperparah pemanasan global.
Ada langkah yang lebih baik yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut. Beberapa di antaranya adalah memberikan pupuk bahan organik. Pupuk ini bisa dibuat dengan membusukkan gulma dan semak belukar yang dicampur dengan pupuk kandang. Selanjutnya, bisa juga dengan memberikan pupuk atau bahan amelioran.
Bahan amelioran adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki kondisi fisik dan kesuburan tanah. Beberapa bahan yang termasuk amelioran adalah kapur, tanah mineral, kompos, abu, dan pupuk kandang.
Pemanfaatan Lahan Gambut
Meskipun sifat alaminya tidaklah subur, tetapi lahan gambut masih dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk tanah pertanian. Beberapa tanaman yang dapat tumbuh di lahan gambut dengan pH rendah antara lain adalah akasia, karet, dan sawit.
Pohon akasia dapat dimanfaatkan untuk industri kertas dan pulp, sedangkan pohon kelapa sawit merupakan penghasil minyak kelapa sawit atau crude palm oil. Minyak ini merupakan komoditas nomor satu di Indonesia.
Selain kedua pohon tersebut, karet juga bisa ditanam di area gambut. Jika ditanam pada gambut dengan kedalaman lebih dari 3 meter, ketiga tanaman tersebut dapat tumbuh dan memberikan hasil yang sangat baik.
Akasia dan sawit merupakan tanaman yang sangat adaptif terhadap tanah yang memiliki unsur hara rendah. Bahkan, akasia mampu mengambil nitrogen dari udara sehingga tidak perlu lagi menambahkan urea selain pada saat awal pertumbuhan saja. Ketika akasia sudah tumbuh dengan baik, pohon ini mampu membentuk ureanya sendiri.
Itulah tadi beberapa uraian singkat mengenai ciri lahan gambut yang subur. Setelah memahaminya, maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan sertifikasi yang diperlukan untuk pengelolaan hutan. Jika diolah menjadi perkebunan kelapa sawit, maka Anda akan membutuhkan sertifikasi ISPO dan RSPO.
Mutu Institute dapat membantu Anda mendapatkan pelatihan ISPO dan RSPO sebelum memulai pengolahan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit.
Dengan sertifikasi ini, Anda akan memahami segala pengetahuan dan persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pengolahan lahan gambut dengan bertanggung jawab dan tanpa merusak lingkungan.
Ingin mengikuti Pelatihan/Training? Belum dapat Lembaga Pelatihan yang terpercaya? Segera hubungi kami melalui [email protected] atau 0819-1880-0007.